Click and Get Your Pay

WordLinx - Get Paid To Click

Kamis, 17 Oktober 2013

Kepulanganku [CERPEN]

"Mas, bangun...sudah sampai", suara kondektur menyadarkanku dari tidur lelapku. Perjalanan Jogjakarta-Sukabumi terasa singkat karena sebagian besar kuhabiskan dengan tidur di bis ini. Aku keluar masih dalam keadaan setengah sadar, melihat sekeliling terminal yang menyimpan banyak kenangan semasa sekolah dulu, tidak banyak berubah, pohon beringin besar di tempat keluar bis itu masih ada, hanya saja terlihat lebih renta, daun-daunnya sudah sangat sedikit. Lima tahun ku tinggalkan kota kelahiranku ini, merantau di Jogja hingga hari ini aku pulang.
Ku lihat jam di tangan menunjukan pukul 2 pagi, untuk sampai ke rumah aku masih harus naik angkot lagi 2 kali, tapi ku lihat sekeliling masih sepi hingga kuputuskan untuk mampir dulu di sebuah warung. "Kopi hitam satu bu" ucapku pada ibu penjaga warung, ku keluarkan rokok di saku jaket dan ku ambil satu batang, ku nyalakan lalu ku letakan sisanya di meja.
Ku hisap dalam rokokku sambil membayangkan apa kira-kira usaha yang akan ku buat nanti, hingga sebuah suara lembut menyadarkanku dari lamunan itu "A minta rokok nya ya", aku tertegun tak sempat menjawab tapi ia sudah mengambil satu batang rokok lalu meletakan sisanya lagi di meja. Yang ku lihat adalah seorang wanita muda dengan pakaian seksi, cantik tapi nampak ada sejuta kemuraman di matanya. Tapi bukan itu yang benar-benar membuatku tak berkedip saat melihatnya, aku mengenalnya, ya aku mengenalnya, ia adalah Rani, aku tak mungkin lupa tahi lalat di dagu nya, mata nya yang sayu dan bulu alis nya yang tebal, seorang wanita yang pernah menolak cintaku semasa SMA dulu, tidak masalah buatku saat seorang wanita menolak cintaku, tapi caranya mempermalukanku dengan memperlihatkan surat cinta ku dan mengolok-olok ku di depan teman-teman benar-benar meruntuhkan harga diriku saat itu, sejak kejadian itu aku tak pernah menyapanya, aku benar-benar sakit hati. Melihat penampilannya aku jadi bertanya-tanya, mungkin kah ia jadi wanita malam atau sejenisnya, tapi mana mungkin sih, Rani yang ku kenal dulu adalah seorang primadona di sekolah, banyak teman-temanku yang naksir termasuk aku. Ku tepis pikiran-pikiran itu, mungkin ia juga baru pulang dari luar kota dan menunggu angkot di sini.
Lama ku perhatikan ia, sepertinya ia tak mengenaliku lagi, penampilanku memang sudah sangat berubah dibandingkan dengan dulu, sekarang aku memelihara jenggot, wajar ia tak mengenali ku.
Tak lama kemudian ia menyapa ku "baru ya mas di sini?", "ngga juga" jawabku singkat, ia menawariku untuk berkencan dengannya malam itu tapi ku tolak dengan halus, sekarang aku benar-benar yakin kalau ia adalah seorang wanita malam, tapi kenapa? aku tak habis pikir. Lalu aku memberanikan diri bertanya "Rani kan?" ia nampak kaget lalu menatapku "kok tau, kamu siapa ya?" ucapnya, "Aku Regi, teman SMA dulu". Mendengar jawabanku ia nampak membuang rokoknya lalu seperti ingin cepat-cepat pergi tapi ku tahan dengan memegang lengannya, "tunggu, aku ga mau apa-apa kok, cuma pengen ngobrol aj", ia duduk kembali dengan menundukan wajahnya. "Kamu kenapa jadi seperti ini?", "bukan urusanmu...!!!" jawabnya, " aku tau bukan urusanku, mungkin ini semua jalan yang sudah kamu pilih, tapi..." tiba-tiba ia memotong ucapanku "ini bukan pilihanku gi, aku ga mau seperti ini, aku mau hidup normal seperti wanita lainnya, menikah, mengurus anak, melayani suami tapi aku terpaksa..." ucapannya berhenti seiring suara tangis dan air matanya yang jatuh. Aku hanya diam, setelah emosinya reda dan ia nampak bisa mengendalikan dirinya, ia bercerita bagaimana semua bisa jadi seperti itu. Pacarnya meninggalkannya dalam keadaan hamil tanpa mau bertanggung jawab, hingga terpaksa ia menggugurkan janin yang dikandungnya, ibu nya sakit-sakitan dan membutuhkan banyak biaya dan sampai saat ini tidak bisa membawanya ke rumah sakit, tak ada seorangpun yang peduli hingga dengan terpaksa ia menjalani semua itu. Aku cukup mengerti dengan keadaannya, "lebih baik kamu pulang sekarang, aku antar, besok kita bawa ibu mu ke rumah sakit ya", "tapi...", aku memotongnya "sudahlah, biaya kan? semuanya biar aku yang tanggung" jawabku, tak ada kata-kata yang ia ucapkan, tangisnya kembali meledak, sampai aku mengantarkan pulang ke rumahnya.
Pagi-pagi sekali aku ke rumahnya, seperti janjiku semalam, aku mengetuk pintu rumahnya, ia mempersilahkanku masuk, ku lihat ibu nya tergolek lemas di ruang tamu tanpa kursi ini, badannya kurus dan nampak lemas. "kenapa kamu mau melakukan ini? dulu aku sudah membuat kamu sakit hati", ucapnya "itu masa lalu, aku sudah melupakannya, aku masih teman mu, sudah seharusnya saling membantu". Kembali ia terdiam, entah apa yang ada di pikirannya saat itu. "Sebaiknya kita bawa ibu mu ke rumah sakit sekarang" ucapku memecah keheningan, ia mengangguk lalu segera ku papah ibu nya untuk naik ke mobil yang sudah ku sewa.
Satu minggu di rumah sakit keadaan ibu nya berangsur pulih, selama itu pula aku selalu menyempatkan diri untuk menjenguk dan menemani nya, hubungan kami semakin dekat, karena sesungguhnya perasaanku padanya tak pernah berubah, seberapa besar pun sakit hati yang pernah ku rasakan. Satu minggu itu banyak waktu kami habiskan untuk bernostalgia, bercerita, mengenang masa-masa sekolah dulu, hari itu ibu nya sudah diperbolehkan pulang.
Sudah 3 hari sejak ibu nya pulang ke rumah, aku tak menemuinya lagi, sebagai teman rasanya kewajibanku untuk membantunya sudah selesai. Malam ini tak ada kegiatan yang ku lakukan, aku memutuskan untuk main ke tempat Rani biasa mangkal. Hampir dua jam ku habiskan di tempat itu, tapi aku tak melihatnya, lalu aku bertanya pada ibu penjaga warung "Rani ke mana bu?", "Dia udah ga pernah ke sini lagi mas, udah ga laku, semua pelanggannya takut", "memangnya kenapa bu?" tanya ku penasaran, "mas ga tau ya? dia kan kena penyakit kelamin", mendengar jawaban ibu warung itu aku sangat kaget, lalu segera permisi pulang.
Keesokan hari nya aku ke rumah nya, nampak sepi, ku ketuk pintu rumahnya, ibu nya membukakan pintu dan mempersilahkan aku masuk, aku tak perlu bertanya Rani ke mana, karena begitu masuk aku melihatnya tergolek lemas di ruang tamu. Ia menatapku, air matanya keluar dari mata nya yang sayu. "Ayo kita ke rumah sakit" ucapku, "Ga usah gi, kamu sudah banyak membantu aku, kamu pasti jijik kalau tau penyakitku" jawabnya, "Ga masalah, aku sudah tau semuanya ko", tanpa menunggu jawabannya aku segera memapahnya ke luar dan menghentikan sebuah angkot untuk membawanya ke rumah sakit.
Tiga hari di rumah sakit keadaanya tidak memperlihatkan perkembangan, tubuhnya semakin kurus, aku setia menungguinya, berharap ia bisa sembuh dan kembali sehat. Rupanya Tuhan berkehendak lain, malam ke empat ia di rumah sakit sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, ia memberikanku selembar kertas berisi tulisan, lalu ku baca:


Hey gi,
Aku ga nyangka semua akan berakhir seperti ini, bertemu dengan mu adalah sebuah anugrah untukku...
Terima kasih sudah menjadi malaikat ku, peduli pada kehidupanku yang kelam...
Terima kasih sudah mau memberiku sedikit kebahagiaan di penghujung hidupku...
Menyadarkanku arti cinta sesungguhnya...
Membuat aku merasakan apa itu kasih sayang...
Terima kasih sudah menyempatkan banyak waktu mu untukku...
Maafkan kesalahanku di masa lalu...
Maafkan belum sempat aku membalas kebaikanmu...
Semoga Tuhan selalu menjagamu dalam lindungan-Nya...
Jangan nangis ya, kamu pantas mendapatkan yang terbaik...


Rani :)


Sehebat apapun aku sebagai seorang lelaki, saat itu juga aku tak dapat membendung air mata, tangisku pecah seiring ku genggam tangannya saat ia hembuskan nafas terakhirnya, aku melihatnya tersenyum, sangat indah, senyum itu yang pernah ku lihat setiap hari saat sekolah dulu, senyum yang selalu ku rindukan.
Selamat jalan Rani, aku berjanji tak akan pernah menghapus kenanganmu, aku akan selalu menyimpanya di hati, jika suatu hari aku mendapatkan wanita lain yang mengisi hatiku, akan tetap ada ruang khusus untuk mu di hati ku.


Di tulis oleh:
Rahman Hakim
Sukabumi, 17 Oktober 2013
*cerita dan tokoh dalam cerpen hanya fiktif

Senin, 30 April 2012

"Secuil Pelajaran dari Baduy"

"Ngapain sih lo ke Baduy?cape2an doang", kata itu sempat terlontar dari seorang temen saat saya upload beberapa poto waktu ke Baduy. Dalam hati, kepengen sih ngasih alesan dan penjelasan panjang lebar, tetapi daripada saya cape sendiri dan belum tentu temen saya ngerti, hingga akhirnya sebuah jawaban yang singkat lebih saya pilih untuk ucapin "maen aj". Sesaat saya sempet berfikir lg tentang pertanyaan temen saya tadi, mau ngapain sih sebenernya saya jauh-jauhan ke Baduy?kenapa ga ke tempat laen aj, mall, bioskop, pantai dll, kan lebih asik gitu. Entahlah, saya sendiri masih ngerasa bingung, yang pasti saat ke Baduy, saya banyak belajar tentang arti hidup, kesederhanaan, kebersahajaan, kebersamaan, cinta, kasih, kesabaran dan tanggung jawab terhadap alam ataupun sesama. Kali ini bukan cerita tentang orang Baduy yang akan saya kisahkan, tetapi dari seorang peserta rombongan yang ikut ke Baduy. Satu hal yang paling berkesan dalam perjalan saya kali ini adalah saat melihat seorang peserta cewe (Yunita) yang memiliki berat badan berlebih (maaf :)) sehingga sudah bisa dipastikan akan sangat kesulitan karena trekking menuju baduy dalam penuh tanjakan dan turunan yang curam, tapi dengan semangat dan keyakinannya akhirnya bisa juga mencapai desa Cibeo yang sudah termasuk ke dalam Baduy Dalam dan pulang kembali ke Ciboleger yang merupakan titik awal trekking, salut..! bahkan setiap melewati perkampungan, hampir setiap warga di sana tersenyum bahkan tertawa, karena seumur hidup mereka mungkin baru kali ini melihat ada peserta yang berbadan besar tapi sanggup melewati trek yang begitu curam dengan selisih waktu yang tidak berbeda terlalu jauh dari peserta lainnya, hal itupun diakui Pak Agus Bule sebagai guide rombongan kami. Di awal perjalan, semua begitu bersemangat lalu saat mulai mendaki trek tanjakan pertama, rombongan saya mulai terpisah-pisah, karena stamina yang berbeda dari setiap peserta, demi mengejar waktu agar tidak kesorean di jalan, akhirnya rombongan harus benar-benar terpisah karena tidak mungkin semuanya menunggu seorang peserta yang belum datang, akhirnya saya memutuskan untuk menunggu sampai peserta terakhir lewat, dan sudah bisa dipastikan itu adalah Yunita. Dari raut wajahnya, jelas terlihat rasa lelah yang sangat. Saya sebenernya ga tega melihatnya, dan hampir memutuskan untuk memintanya kembali ke bawah mumpung belum jauh. Tapi di matanya saya melihat semangat, ambisi dan obsesi, entah apa yang ada dipikirannya saat itu, yang jelas niat saya untuk menyuruhnya kembali ke bawah saya urungkan karena tidak mau mematikan semangatnya. Selanjutnya, saya memutuskan untuk berjalan paling belakang, bahkan saya, Yunita dan seorang porter adalah 3 orang terakhir yang tertinggal cukup jauh dari beberapa rombongan yang berangkat sama2, tapi saya harus tetap di belakang, karena semua peserta adalah tanggung jawab saya selama perjalanan. Alhamdulillah, walaupun keadaannya seperti itu, kami tidak kemalaman di jalan, bahkan terhitung cepat. Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa keterbatasan bukanlah sebuah halangan, dengan semangat, ambisi dan obsesi positif, keterbatasan justru akan menjadi sebuah cambuk. Semoga bermanfaat untuk kita semua.. "Jangan pernah bertanya, apakah bisa dilakukan?...berfikirlah, bagaimana melakukannya"

Rabu, 11 April 2012

"Road to Baduy"

Itinerary:

Sabtu, 28 April 2012

06.30 - kumpul di stasiun KOTA

#PLIS JANGAN TELAT, KERETA BERANGKAT JAM 07.00

07.00 - 10.00 St.Kota - Rangkas

10.00 - 12.00 Rangkas - Ciboleger

12.00 - 13.00 Istiahat

13.00 - 17.30 Ciboleger - Baduy Dalam

17.30 Istirahat, makan malam dll, menginap di Baduy Dalam

Minggu, 29 April 2012

05.00 - 08.00 Sarapan, mandi, persiapan buat treking menuju Ciboleger

08.00 - 12.00 Treking Baduy Dalam - Ciboleger

12.00 - 13.00 Istirahat

13.00 - 15.00 Ciboleger - Rangkas

15.00 Nunggu kereta menuju Jakarta

Biaya sharing:

Elf Rangkas - Ciboleger (pp) = Rp.600.000/elf

Guide = Rp.250.000/rombongan

Rumah = Rp.200.000/2 rumah (cwe dan cwo dipisah)

Bahan makanan untuk sarapan + oleh2 buat yg punya rumah (lihat jumlah peserta dulu)


Biaya Pribadi:

Tiket kereta KOTA-RANGKAS (pp) = @Rp.8000

Makan = @Rp.32.000/2x makan

Biaya Izin masuk Baduy = @Rp.3.500

Tips:

- Hati-hati dalam memilih sungai untuk mandi, di beberapa tempat banyak sekali lintah.

- Sampai malam, memang cuaca biasa saja, tidak perlu jaket pun tidak apa, tapi sejak dini hari sampai subuh, agak sulit melawan dinginnya udara. Apalagi rumah-rumah di Baduy mudah sekali dimasuki angin. Sleeping bag akan sangat membantu.

- Jas hujan perlu untuk jaga-jaga.

- Terkadang, banyak nyamuk yang mengganggu. Lotion anti nyamuk akan membantu.

- Sepatu lebih disarankan karena ketika hujan sandal membuat jalan licin dan tidak nyaman kalau menggunakan sandal.

- Untuk penerangan pada malam hari, senter lebih disarankan daripada lilin karena hampir seluruh komponen rumah di Baduy berbahan kayu yang mudah terbakar.

- Ikan asin sangat disenangi warga Baduy, bagus untuk dijadikan buah tangan.

- Kain basahan sangat membantu untuk wanita ketika mandi.

- Tracking ke Baduy Dalam lebih indah di pagi hari

- Beberapa waktu sebelum jalan-jalan ke Baduy, sebaiknya lakukan olahraga secara intensif (banyak keluhan track sangat melelahkan).

Info:

- Banyak pantangan di Baduy Dalam, misalnya dilarang pakai sabun, shampoo, dan kamera atau barang elktronik

- Baduy (Luar dan Dalam) tidak ada WC, cuma sungai yang jadi andalan untuk MCK

- Bisa dibilang tidak mungkin ke Baduy tanpa pemandu

*jangan lupa berdo'a agar selamat selama perjalanan

*Perkiraan biaya dan waktu di atas bisa berubah, kalau ada ide,saran,kritik dan masukan silahkan komen ya,untuk kelancaran perjalanan kita

"Untuk yang berminat ikut, silakan konfirmasi via sms : 085720495042 atau email 'rahman.walker@gmail.com' sebelum tanggal 21 April (Peserta terbatas)"

Rabu, 25 Januari 2012

Rabu, 21 September 2011

Batas Sebuah Kesabaran

“Kesabaranku sudah habis” seringkali aku mendengar kata-kata tersebut keluar dari teman,keluarga atau orang-orang di sekitarku,bahkan diriku sendiri,tetapi ketika aku bertanya “apa batas sebuah kesabaran?” tak pernah ada jawaban yang sama,jelas dan pasti,kapan,bagaimana dan sejauh mana kesabaran itu sampai pada batasnya,kemampuan seseorang untuk menghadapi sebuah masalah berbeda-beda,mungkin itulah mengapa arti batas sebuah kesabaran menjadi relatif.
Tapi “batas kesabaran” itu kadang kita jadikan alasan dan dalih untuk melakukan hal-hal yang bertolak belakang dengan arti kesabaran itu sendiri.
Sesungguhnya manusia memiliki batas kemampuan,tapi tidak seharusnya kita menjadikan batas kesabaran sebagai alasan,karena aku fikir batas kesabaran ada pada keinginan kita untuk berjuang melewati setiap ujian dan cobaan.
Semoga kita semua diberikan kesabaran.

Selasa, 23 Agustus 2011

Kebahagiaan

Malam kemarin aku bermimpi,didatangi seorang wanita cantik dengan dua gelas ‘hot chocolate’ di tangannya,lalu berkata padaku “mari kita bicara tentang kebahagiaan” lalu aku bertanya “mengapa harus kebahagiaan?” dan dia menjawab “karena sepertinya kamu sedang tidak bahagia saat ini”
“entahlah” jawabku,lalu dia memberikan segelas ‘hot chocolate’ di tangannya padaku,akupun menerima dan menikmatinya.
“kenapa tidak dari dulu kamu datang padaku,dan mengajakku membicarakan kebahagiaan?” tanyaku,”karena dulu kamu memilikinya” jawabnya.
Aku terdiam beberapa saat,benarkah dulu aku memiliki kebahagiaan itu?mengapa aku tak pernah menyadarinya dan membiarkan kebahagiaan itu hilang seperti saat ini?
“jadi sekarang kamu mau mencari kebahagiaan itu?” tanyanya membuka kembali kebisuan,”
“Ya,” aku mengangguk. “Tapi… mengapa dulu aku tidak ingin mencarinya? Mengapa dulu aku menganggap kebahagiaan itu tidak terlalu penting, sehingga aku tak perlu mengejarnya?”
“Karena dulu kamu memilikinya,” dia menjawab. “Jika kamu sudah memiliki kebahagiaan itu di dalam dirimu, kamu tak perlu lagi susah-susah mencarinya,justru karena kamu sadar bahwa kamu sudah kehilangan kebahagiaan itu, maka kini kamu mencarinya. Ingat, kamu sendiri yang pernah berkata: ‘kita tidak akan tahu betapa berartinya sesuatu itu, hingga sesuatu itu direnggutkan dari kehidupan kita’. Sesuatu itu bisa berupa kebahagiaan, kan?”
“Jadi apa yang harus aku lakukan?” kutatap dia tepat di matanya.
Dia tidak menjawabnya,lalu memutar sebuah lagu dari Bon Jovi “Always”
Now your pictures that you left behind
Are just memories of a different life
Some that made us laugh, some that made us cry
One that made you have to say goodbye
What I’d give to run my fingers through your hair
To touch your lips, to hold you near
When you say your prayers try to understand
I’ve made mistakes, I’m just a man…
“Ini saatnya bagimu untuk memilih. Untuk kembali berbahagia.”
Aku menghela napas panjang. Aku tahu bahwa hidup penuh dengan pilihan-pilihan, namun tetap saja, aku selalu kesulitan ketika dihadapkan padanya.
“Aku ingin mengingatkanmu pada sesuatu,” ujarnya
“Apa?” tanyaku.
Dia tersenyum. “Ada seseorang yang kukenal, yang pernah mengatakan kepadaku, bahwa ia ingin mengejar kebahagiaannya sendiri terlebih dahulu, kemudian baru membahagiakan orang lain,karena seseorang tidak akan pernah bisa membagi apa-apa yang tidak ia miliki,kita tidak akan bisa membahagiakan orang lain jika kita sendiri tidak bahagia.”
“Aku hanya ingin bahagia,” ujarku, sambil merasakan kehangatan bagian luar cangkir ‘hot chocolate’ dengan kedua telapak tangan.
“Kita semua menginginkannya,” dia mengangguk. “Tetapi hanya mereka yang berani memilih kebahagiaanlah yang berhak mendapatkannya.”




Apa yang harus ku lakukan?

Dulu,aku tidak begitu peduli pada hal-hal disekitarku,aku tidak memikirkan ucapan & tindakanku akan berakibat menyenangkan atau menyakiti orang lain,aku begitu egois dan arogan,merasa sanggup melakukan semua sendiri tanpa bantuan orang lain,aku merasa begitu hebat,dan selama itu juga aku selalu merasa baik2 saja.
Belakangan ini lalu aku mencoba untuk peduli,paling tidak pada orang2 yang dekat denganku,tapi tebak apa yang ku dapatkan?sangat tidak menyenangkan,aku begitu gelisah ketika sms yang ku kirim tidak mendapat balasan,padahal dulu aku sering mengabaikan sms dari orang lain,bahkan kadang tak pernah ku balas,aku begitu marah ketika orang yang kuperhatikan lalu seperti acuh tak acuh padaku,padahal dulu aku paling tidak suka jika ada orang yang perhatian padaku,aku begitu cemburu ketika wanita yang kusayangi mulai dekat dengan lelaki lain,padahal dulu aku tak pernah memikirkan hal itu,tapi lalu aku tak bisa berbuat apa2,aku mencoba berbesar hati,mungkin ini karma dari sikap dan kesalahanku dahulu,aku berusaha ikhlas dan bersabar.
Tuhan,tolong bantu aku,apa yang harus ku perbuat,haruskah aku kembali pada sikapku dulu,cuek,afhatis,egois,arogan?sungguh sebenarnya ku tak pernah mau seperti itu lagi.
Beberapa waktu terakhir ini aku semakin sadar,bahwa kebahagiaan & kesedihanku tidak berakar pada siapapun,tidak pada orang yang aku benci atau orang yang aku sayangi,semua berasal dari diriku sendiri.