Senin, 30 April 2012
"Secuil Pelajaran dari Baduy"
"Ngapain sih lo ke Baduy?cape2an doang", kata itu sempat terlontar dari seorang temen saat saya upload beberapa poto waktu ke Baduy. Dalam hati, kepengen sih ngasih alesan dan penjelasan panjang lebar, tetapi daripada saya cape sendiri dan belum tentu temen saya ngerti, hingga akhirnya sebuah jawaban yang singkat lebih saya pilih untuk ucapin "maen aj".
Sesaat saya sempet berfikir lg tentang pertanyaan temen saya tadi, mau ngapain sih sebenernya saya jauh-jauhan ke Baduy?kenapa ga ke tempat laen aj, mall, bioskop, pantai dll, kan lebih asik gitu. Entahlah, saya sendiri masih ngerasa bingung, yang pasti saat ke Baduy, saya banyak belajar tentang arti hidup, kesederhanaan, kebersahajaan, kebersamaan, cinta, kasih, kesabaran dan tanggung jawab terhadap alam ataupun sesama.
Kali ini bukan cerita tentang orang Baduy yang akan saya kisahkan, tetapi dari seorang peserta rombongan yang ikut ke Baduy. Satu hal yang paling berkesan dalam perjalan saya kali ini adalah saat melihat seorang peserta cewe (Yunita) yang memiliki berat badan berlebih (maaf :)) sehingga sudah bisa dipastikan akan sangat kesulitan karena trekking menuju baduy dalam penuh tanjakan dan turunan yang curam, tapi dengan semangat dan keyakinannya akhirnya bisa juga mencapai desa Cibeo yang sudah termasuk ke dalam Baduy Dalam dan pulang kembali ke Ciboleger yang merupakan titik awal trekking, salut..! bahkan setiap melewati perkampungan, hampir setiap warga di sana tersenyum bahkan tertawa, karena seumur hidup mereka mungkin baru kali ini melihat ada peserta yang berbadan besar tapi sanggup melewati trek yang begitu curam dengan selisih waktu yang tidak berbeda terlalu jauh dari peserta lainnya, hal itupun diakui Pak Agus Bule sebagai guide rombongan kami.
Di awal perjalan, semua begitu bersemangat lalu saat mulai mendaki trek tanjakan pertama, rombongan saya mulai terpisah-pisah, karena stamina yang berbeda dari setiap peserta, demi mengejar waktu agar tidak kesorean di jalan, akhirnya rombongan harus benar-benar terpisah karena tidak mungkin semuanya menunggu seorang peserta yang belum datang, akhirnya saya memutuskan untuk menunggu sampai peserta terakhir lewat, dan sudah bisa dipastikan itu adalah Yunita. Dari raut wajahnya, jelas terlihat rasa lelah yang sangat. Saya sebenernya ga tega melihatnya, dan hampir memutuskan untuk memintanya kembali ke bawah mumpung belum jauh. Tapi di matanya saya melihat semangat, ambisi dan obsesi, entah apa yang ada dipikirannya saat itu, yang jelas niat saya untuk menyuruhnya kembali ke bawah saya urungkan karena tidak mau mematikan semangatnya.
Selanjutnya, saya memutuskan untuk berjalan paling belakang, bahkan saya, Yunita dan seorang porter adalah 3 orang terakhir yang tertinggal cukup jauh dari beberapa rombongan yang berangkat sama2, tapi saya harus tetap di belakang, karena semua peserta adalah tanggung jawab saya selama perjalanan.
Alhamdulillah, walaupun keadaannya seperti itu, kami tidak kemalaman di jalan, bahkan terhitung cepat. Sebuah pelajaran yang bisa kita ambil, bahwa keterbatasan bukanlah sebuah halangan, dengan semangat, ambisi dan obsesi positif, keterbatasan justru akan menjadi sebuah cambuk.
Semoga bermanfaat untuk kita semua..
"Jangan pernah bertanya, apakah bisa dilakukan?...berfikirlah, bagaimana melakukannya"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
terharuuu .. koq aku ditulis sebegitunya seehh .. kan jadi mau nangis .. maaf yaa udah ngerepotin .. hiikkss .. yg penting paradigma somse si penyedia paket tur mahal itu terpatahkan .. horeee ... makasih yaaa
BalasHapusyup..beberapa x mimpin perjalanan baru x ini harus stay di belakang terus..tp itu yg bikin beda,,perjalanan yg menakjubkan,salut jg buat semua peserta cewe..
BalasHapus:)